Selasa, 10 April 2012

NAPAK TILAS 1

Yaahhh inilah saya. dahulu, enam tahun yang lalu setelah slesai SMA saya mulai beranjak dewasa, awalnya biasa saja, termenung, berpikir...setelah lulus SMA pengen kemana..??? waktupun berjalan detik demi detik, kian lama, semakin lama, tambah lama, sayapun terus berpikir....Dahulu saya sangat dekat dengan plajaran Bahasa Indonesia. Saya sangat senang pelajaran itu terlebih karena saya mencintai sastra yaitu puisi...waktu SMA saya adalah orang yang hiperakftif suka ksini, suka ksitu, ngumpul dsana, ngumpul dsitu..pokoknya pergaulan dimana aja, bebas sebebas-bebasnya. awalnya sih tertarik..lama-lama jadi suka, terus-terusan akhirnya jd cinta..:D. banyak hal yang saya plajari karena suka ksana-kmari, waktu SMA saya aktif di berbagai eskul, mulai dari OSIS, IRMA, MADING dan TEATER. Cukup banyak, walau tak terlalu banyak. semua bakat dan kemampuan saya terasah disini. Alam telah mengajarkan saya banyak ilmu. semuanya menyita waktu, tetapi menyenangkan. di OSIS saya dipercaya menjadi pengurus kesenian, karena hobi yang kental dengan seni. Di IRMA (Ikatan Remaja Mushola Al-Amanah) saya dipercaya menjadi wakil ketua, sungguh amanah yang berat (-__-"). Di Mading saya mengurusi Rubrik Kesenian "Ini karena suka nulis Puisi" dan di Teater Mahardika saya dipercaya menjadi koordinator seksi Puisi PLUS Ketua Kelas (Ga nyangka banyak banget). Belajar di tempat yang berbeda tetapi dapat menjalankan hobi yang sama. Di sekolah saya pernah menjuarai Lomba Baca Puisi TIngkat Sekolah sampai Se-kota Madya. Di sekolah juga saya belajar akting dan beberapa kali melakoni pentas drama. Puncaknya saya dan 2 orang tmn cewek saya (minah dan dewi) ikut pendidikan tambahan mengenai sastra Di kantor Bahasa Provinsi kalimantan Timur tahun 2005 bernama "Bengkel Sastra". kami dikumpulkan dari berbagai sekolah yang berbeda di Samarinda dan membentuk Sanggar Sastra Indonesia Kalimantan TImur.
sekolah kata om chrisye adalah tempat dimana masa-masa indah tak bisa dilupakan, masa-masa indah itu emang cuma ada di sekolah....Emang bener banget tuh. Sekolah menghadirkan banyak cerita tentang saya, PERSAHABATAN DAN CINTA, ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Di SMA saya mengalami masa indah jatuh CINTA (cie..cie...:D) dan juga PERSAHABATAN yang tak pernah putus sampai sekarang...Huhh Di SMA setiap kelas yang jumalahnya 15 pasti ada cewek suka sama saya (Ini Fakta :D) dan setelah perjalanan panjang akhirnya hati ini jatuh pada Tika anak kls 1 C (sweet...swett...). Lama berjalan hubungan kami mengalami hambatan, ayah Tika ingin Tika fokus Sekolah dan ga boleh pacaran, akhirnya kami backstreet dan ketahuan. Hp-nya disita dan akhirnya kami.....begitulah dan banyak cerita cinta lainnya (rahasia dunks). Ngomongin Sanggar Sastra Indonesia, disana kami di gembleng dan di bina dgn baik waktu itu yang pembina kami mas sunny S.pd, mas awang khalik, S.Sn dan mas Misman RSU. Dari situ kami Melahirkan 2 Antalogi Buku Puisi yg di cetak terbatas hanya 1000 eks dan dibagikan ke instansi-instansi pemerintah. Yahh... dari sana perjalanan sastra saya meluas tidak hanya mengenal naskah drama dan puisi tp jg cerpen, cerbung novel dll. Setelah di bina kami menjadi pengisi rutin kegiatan kantor bahasa, mulai dr Lomba sampai dengan seminar Nasional. saya sendiri dengan pegawai kantor bahasa sudah seperti keluarga, akrab, akrab banget.

Sabtu, 24 Maret 2012

KEKASIH HATI

Sayang . . . . .
Saat mengerti arti jerit suara hati
Perasaanku kini mulai tak menentu
Ketika kau berkata ‘tak ada yang lain dihati’

Sayang . . . . .
Waktu aku bermimpi bersamamu malam ini
Rasa rindu menancap kuat dalam raga
Bercampur cinta yang kini menusuk dijiwa
Kau membalutku dalam lautan asmara

Sayang . . . . .
Kau menjadi cahaya saat hati ini gelap
Senyummu adalah mentari pagi
Tawamu adalah indah hariku saat ini

Sayang . . . . .
Kini hidupku lebih berarti
Bersamamu kutemukan jalan kembali
Aku hanya inginkan dirimu seutuhnya
Aku mencintaimu selamanya

KAU YANG KUCINTA

Ketika langit mengguratkan warna hitam
Datang menjelang di heningnya malam
Riuh angin tak henti ingin menyapa
Menyambut hadirmu wahai berlian surga
Kutatap dirimu sempurna dalam raga
Kusimak jelas engkau anggun nan mempesona
Senyum diwajahmu yang menyibakan keindahan
Bagai kilauan permata yang tak pernah padam
Kau adalah rembulan berkerudung awan
Bertahta diantara bintang yang bertaburan

Saat gelap menyelimuti malam
Sinarmu pancarkan cahaya terang
Beri kesejukan pada kalbu yang gelisah
Hadirkan rindu pada hatiku yang gundah
Kehangatan yang selalu menjadi damba
Selimut jiwa, pelita hati
Kau telah masuk kedalam darah
Menyebar, bersatu bersama raga
Bersemayam di dalam jiwa

Kau tahu . . . . .
Jantungku berdegup sangat kencang
Panas dan dingin menyerang badan
Hatiku tertembus panah asmara
Dan kau adalah yang kucinta

BUNGA

Karya ANTUNG FIRMANDANA

Sungai Mahakam terbentang dari hulu ke hilir. Airnya mengalir laksana nyawa yang memberikan kehidupan bagi setiap anak manusia yang tinggal di sepanjang alirannya. Samarinda. Disinilah aku memulai hidup baru dalam lembaran kisah kehidupan. Jauh menelusuri jalan melewati ruang waktu yang tak pernah berhenti berputar. Menelusuri lembah-lembah misteri kehidupan yang entah sampai kapan dan tak tau dimana ujung pangkalnya. Perlahan demi perlahan, satu persatu menguakkan kisah-kisah takdir manusia. Kisah yang begitu perih dan menyakitkan. Hingga membakar bara dalam hati dan menimbulkan dendam yang amat sangat di jiwaku.

Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata. ”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.”
”Tidak....tidak.....tidakkk......”
”Bunga...bunga...bunga....bunga...”Suara Ibu membangunkan aku.
”Ada apa Bunga. Kok kamu berteriak seperti itu. Kamu ngigau ya?” Tanya Ibu kepadaku.
”Ah..tidak Bu..sepertinya aku mimpi saja. Mungkin karena kecapean habis kerjain tugas sekolah semalam.” Jawabku.
”Sudah ayo cepat kamu siap-siap. Sekarang suadah jam 7 nanti kamu terlambat lagi ke Sekolah.” Ibu menasehatiku.
”Apa....!!! Astaga hari ini aku ada ulangan” Secepat kilat aku segera membersihkan diri, berpakaian dan sarapan. Mimpi tadi itu begitu menggangguku. Hal itu seakan nyata dan membuatku jadi penasaran siapa wanita itu sebenarnya. ”Ah...paling hanya mimpi” Gumamku.” Dengan semangat membara aku bergegas berangkat ke Sekolah.
”Bu.. Bunga berangkat sekolah dulu”. Aku mencium punggung tangan Ibu dan tak lupa mengucapkan salam.
”Hati-hati ya nak. Semoga kamu menjadi anak yang pintar dan soleh”Ibu mendoakanku.

*****

Daun-daun berwarna kehijauan bergelantungan sangat cantik di dahan-dahan pohon Akasia yang tumubh dan berbaris rapi di tengah jalan-jalan raya. Mereka menari-nari mengikuti hembusan angin yang bergerak tak tentu arah. Ada yang terbang awan dan ada pula yang jatuh berguguran. Suasana yang menggambarkan keteduhan, keindahan dan kenyamanan. Mestinya siang hari ini cuaca sangat panas, namun teriknya mentari terbelenggu oleh dekapan awan yang menyelimuti Samarinda kotaku tercinta. Suara bel membahana di seluruh kelas tempat kini aku bersekolah. Kini sudah tiba waktunya untuk pulang.

Anak sekolah berhamburan keluar pagar tak ubahnya gunung meletus yang mengeluarkan magma dan menyebar kesegala penjuru. Mereka terlihat dengan sangat girang, ada yang pulang dengan motor, ada yang pakai mobil dan juga ada yang naik angkot. Sementara aku, aku yang hidup sederhana, pulang hanya dengan berjalan kaki bersama sahabatku Anita. ”Bunga, kamu merasakan hal yang aneh tidak. Coba kau lihat deh pada laki-laki yang memakai jaket biru dan topi itu. Dari tadi orang itu mengikuti kita terus. Ini sudah berlangsung beberapa hari, setiap kita pulang sekolah” Anita merasakan kecurigaan.
”Ah...mungkin itu hanya perasaanmu saja, toh kita sampai sekarang tidak mengalami kejadian buruk apa-apa. Jangan bicara yang tidak-tidak kamu Nit” Jawabku menenengkan sahabatku yang merasa ketakutan.
”Tidak. Bukan begitu. Aku rasa ada yang aneh dengan orang itu. Apa lagi dia laki-laki. Jangan-jangan kita mau diculik lagi dan terus Dia mau memperkosa kita Bunga. Gawat.!!.kita dalam bahaya!!! ”Anita semakin cemas dan takut.
”Eh kalau ngomong jangan sembarangan akukan juga jadi takut nih. Jalanan disinikan sepi” Perkataan Anita membuatku juga jadi takut.
”Sepertinya kita harus lari deh.” Anita memberikan saran.
”Duh...Ya udah, hitungan ke tiga kita lari bareng-bareng. Satu....dua....tiga.....lari” Aku dan Anita lari sangat kencang seperti kuda liar yang terlepas dari kandangnya. Menulusuri gang-gang sempit dan ruko-ruko tua. Akhirnya kami berdua tak melihat lagi laki-laki yang mengikuti kami tadi. kami lalu bergegas pulang ke rumah masing-masing.
”Huhh...capek banget nih, ada-ada aja nih Si Nita lari karena hal yang gak jelas. Untung saja sudah sampai di rumah.” Badanku penuh peluh keringat dan terasa letih. Belum pernah aku berlari sekencang tadi, seperti habis dikejar anjing saja.
”Assamu’alaikum. Bu...Bunga pulang....” Suaraku mengusik penghuni rumah yang tak lain adalah orangtuaku.
”Wa’alaikumsalam. Ada apa toh. Kok kamu ngos-ngosan gitu seperti habis di kejar setan saja.” Ibu bertanya padaku.
”Tadi ada seorang laki-laki mengikuti Bunga dan Anita di jalan. Sebenarnya sih ngga apa-apa, cuman Anita menakuti Bunga. Jadi kami berdua lari deh. Badan Bunga capek nih Bu...Bunga ingin istirahat dulu.”
” Ya. sudah. Tadi Ibu juga sudah menyiapkan makan siang buatmu di meja makan. Ibu masak makanan kesukaanmu Opor Ayam. Kalau kamu lapar makan saja. Ibu mau Istirahat dulu.”
”Wah!! Opor Ayam. Mendengar Ibu masak itu badan Bunga yang tadinya letih jadi semangat mendengar Opor Ayam. Sepertinya Bunga makan dulu lalu kemudian baru istirahat.” Jawabku dengan senang.
“Ya sudah kalau begitu makan saja mumpung masih hangat, Ibu mau istirahat dulu di kamar.” Ibu masuk ke dalam kamarnya.
“Memang masakan Ibu tiada duanya aku aja makan nambah sampai tiga kali. Sepertinya perutku sudah kenyang. Cacing-cacing dalam perutku pasti sudah pada gemuk nih.” Gumamku. “Ahhh” Mulutku menguap selepas makan siang aku mengganti pakaian lalu istirahat di kamar menuju tempat pembaringan.
Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata. ”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.” aku terbangun lagi dari tidur. Tubuhku basah karena berkeringat. ”Sudah dua kali aku mimpi seperti ini. Wanita itu. Dia mengaku sebagai Ibuku. Marlina. Ya...Aku ingat wanita dalam mimpiku itu mengatakan bahwa namanya adalah Marlina. Siapa dia sebenarnya?” Sebenarnya aku ingin bertanya langsung perihal masalah mimpi itu pada ibu. Tapi paling sekali lagi itu hanya mimpi. Mimpi yang mungkin hanya kebetulan.

*****

Minggu. Ini adalah hari dimana seluruh manusia di permukaan bumi menghentikan sejenak rutinitas kesibukannya. Hari beristirahat. Tepatnya hari untuk malas. Tidak terkecuali untuk diriku. Aku harus bekerja membantu Ibu di rumah. Mencuci pakaian, mencuci piring, masak dan juga bersih-bersih rumah. Hari yang sangat melelahkan. Sungguh sangat melelahkan. Hingga aku kembali terlelap dalam mimpi.

Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata.”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.”
”Tidak....tidak.....tidakkk......”
”Bunga...bunga...bunga....bunga...”Suara Ibu membangunkan aku. Akupun memeluk Ibu dengan sangat erat.
”Ada apa nak, kamu mimpi apa?” Ibu bertanya padaku.
”Bunga takut.....Bunga takut Bu...” Aku menangis kepada Ibu.
”Ada apa nak, jangan takut disinikan ada Ibu. Kamu mimpi apa memangnya?” Ibu bertanya lagi sambil mengusap air mataku.
”Bunga mimpi Bu...dalam mimpi itu bunga bertemu seorang wanita cantik berpakaian serba putih. Dia memanggil-manggil nama Bunga. Dia mengatakan bahwa dia adalah Ibu Bunga. Bunga bilang tidak dia salah. Ibu Bunga adalah Ibu Siti Fatonah Banga menyebut nama Ibu. Nama wanita itu Marlina Bu. Setiap tidur Bunga selalu mimpi bertemu wanita itu. Bunga memimpikan hal yang sama. Dia mengaku sebagai Ibu Bunga. Bunga takut...Bunga takut...Bu” Aku menceritakan hal yang aku alami sambil menangis.
Mata Ibu tiba-tiba menceleng. wajahnya nampak pucat dan memunculkan kesedihan Aku lihat Ibu mengalirkan air mata. ”Nak, apakah benar kau bermimpi bertemu wanita yang bernama Marlina? Tanya Ibuku.
”Iya Bu. Benar. Namanya Marlina.” Jawabku
”Dia mengatakan bahwa Dia adalah Ibumu?” Ibuku bertanya sambil menangis.
”Iya Bu. Sungguh Bunga takut sekali dengan mimpi itu.”Terangku.
”Ya Allah...Duhai Gusti...Astaugfirullah...Astaugfirullah...apakah ini adalah tanda dari Mu” Air mata Ibu mengalir sangat deras membasahi wajahnya.
”Ada apa Bu, apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Ibu menangis?” Aku meminta penjelasan pada Ibu.
”Sudah saatnya kau mengetahui hal ini Nak, ayo ikut Ibu ke kamar. Ibu akan menujukkan kamu sesuatu.” Ibu membawaku masuk ke dalam kamarnya. Dari dalam Lemari Ibu mengeluarkan sesuatu. Itu dalah photo wanita yang ada dalam mimpiku. ”Ibu akan ceritakan segalanya.” Ibu memegang photo wanita itu sambil mengusap air matanya yang tak berhenti keluar begitu halnya dengan diriku.
”Sebenarnya Aku ini bukanlah Ibumu. Dan Ayahmu bukan meninggal karena kecelakaan pesawat. Sebenarnya Aku adalah Nenekmu dan photo yang ada di bingkai ini adalah Ibumu. Namanya adalah Marlina anakku satu-satunya. Kejadiannya 17 tahun yang lalu. Waktu itu kau belum lahir. Dan waktu itu Ibumu masih bersekolah sama sepertimu. Penderitaan ini sungguh sangat menyakitkanku, Aku memendam aib keluarga ini sudah begitu lama. Waktu itu Aku pergi keluar kota karena suatu urusan. Dan Ibumu tinggal bersama kakekmu di rumah. Setelah kembali pulang dari luar kota semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai 2 bulan kemudian terjadi suatu hal. Ibumu Marlina hamil. Ibumu hamil di luar nikah. Kakekmu sangat marah besar mendengar hal itu. Pada awalnya Ibumu tidak mau bercerita mengenai siapa Ayahmu. Dia berkali-kali menangis meminta maaf padaku. Hingga...” Ibu terus menangis.
”Hingga Apa Bu?” tanyaku.
”Hingga semuanya terkuak. Ada dua orang laki-laki yang datang ke rumah mengaku sebagai Ayahmu namanya adalah Fajri dan Rizal. Dia mengaku sebagai pacar Ibumu dan ingin menikahinya. Mereka berdua bertengkar merasa paling berhak terhadap Ibumu dan dirimu. Ibumu hanya diam terpaku menangis. hingga akhirnya dia bicara bahwa Ayah dari bayinya itu adalah kakekmu. Ayahnya sendiri. Saat itu ketika Aku pergi ke luar kota. Kakekmu pulang dalam keadaan mabuk. Marlina Ibumu membawanya ke kamar dan hal itupun terjadi. Sebenarnya kamu adalah darah daging kakekmu sendiri. Dia tega menghamili putrinya. Dia laki-laki biadab.Tekutuk” Kami berdua menangis sejadinya dan aku mendekap tubuhnya dengan sangat erat. Seorang yang aku anggap ibu ternyata adalah nenekku. Aku begitu sangat hancur dan terpukul. Ayahku ternyata tak lain dan tak bukan adalah kakekku sendiri dan Aku...Aku adalah aib. Aib dari hasil perbuatan bejad kakek kepada Ibu.

SELESAI

Samarinda, 18 Juni 2010.

Minggu, 23 Oktober 2011

ADE YANG MALANG

Karya Antung Firmandana

Semenjak aku duduk di bangku SMA orang tuaku sudah bercerai. Keluarga kami tidak harmonis. Papa yang merupakan pejabat penting di Samarinda. Dia merupakan orang yang disegani pihak lawan dan kawan. Punya kenalan banyak. Mulai dari Preman kota samapai kaum elit politik. Hal itu membuat tingkat status sosial keluarga kami naik derajat. Silaunya jabatan serta harta membuat papa lupa daratan. Hidupnya menjadi rusak. Mulai dari main judi, mabuk-mabukan sampai dengan main perempuan. Tak jauh berbeda dengan mamaku seorang pengusaha busana wanita. Penjualan barangnya bahkan mencapai manca negara. Hidup yang mewah serta sering bepergian keluar kota. Membuatnya lupa akan keluarga. Aku tinggal dalam keluarga yang sukses dan tidak pernah kering oleh uang. Semua serba ada. Apa yang aku inginkan semuanya dipenuhi. Apapun. Namun semua itu tak ada artinya bagiku. Karena yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang dan perhatian mereka. Rumahku tak ubahnya seperti arena pertempuran perang dunia.
”Kamu itu kemana aja,? pulang tidak jelas kapan harinya. Tiap hari keluyuran saja. Alasannya sibuk-sibuk terus. Anak kita kok tidak diurus-urus?” Papa marah sama mama.
”kok Papa bicara seperti itu sama mama. Coba liat diri sendiri pa. Apakah papa orang yang benar kok seenaknya menyalahkan mama. Papa sendiri pulang tidak jelas kapan harinya. Alasan rapatlah, meeting dengan klienlah, ketemu pejabatlah padahal papa itu selingkuhkan dengan skretris papa yang tinggi semok itu?” Mama marah membalas papa.
”Jangan sembarangan kalau bicara kamu ma. Yang jelas-jelas selingkuh itu kamu keluyuran tiap hari, Arisanlah, ke Tanah Abanglah, ketemu rekan bisnislah padahal mama selingkuh dengan Johan. Asisten mama itu.”
”Sembarangan? jelas-jelas papa selingkuh. Pulang bau alkohol. Main judi aja kerjaannya. Johan itu sangat membantu mama Dia itu Sarjana terbaik lulusan Fakultas Ekonomi. Nilainya saja cumlaude jadi wajar aku sangat membutuhkan tenanganya. Bukannya selingkuh kayak kamu?” Mama membalas.
”Dasar pembohong, penipu, pendusta. Aku tidak percaya dengan kata-katamu itu?” kamu pasti berzina dengan brondong itu. Kalau aku jelas-jelas rapat dengan Walikota, Bupati bahkan dengan Gubernur. Kau memang penipu. Sudahlah aku capek bicara denganmu, lebih baik aku berangkat kerja sekarang.” Papa pergi menghempas pintu rumah. Begitulah rumahku. Rumahku nerakaku. Pepatah itu yang sepertinya pas untuk keluarga kecil ini. Setiap kali bertemu peperangan terjadi dengan dahsyat. Tuduh menuduh, caci-maki sampai dengan sumpah serapah. Kedua kubu bak dua kutub berlawanan yang tak bisa disatukan. Mereka tak pernah tau perasaanku, habis bertengkar aku yang jadi tumbal. Sekolahku jadi hancur berantakan. Hingga akhirnya mereka berdua berpisah.

Saat orangtuaku cerai aku mulai tak terurus, awal mulanya aku ikut papa. Dia menikah lagi dengan seorang wanita, yang tak lain adalah sekertarisnya sendiri. Wanita itu yang membuat keluargaku semakin hancur. Awal mula tinggal dengan Ayah bersama ibu titi cukup menyenangkan. Aku selalu dimanja olehnya hingga lalu aku difitnah dengan keji karena dituduh mengambil perhiasannya. Papa marah besar padaku aku di hukum atas berbagai macam kesalahan yang tak pernah aku perbuat. Dan puncaknya adalah kejadian di suatu malam dimana dia memberikan aku obat tidur lalu meniduriku. Sungguh kebidaban yang tak termaafkan.
“kenapa papa tega melakukan ini pada Ade?” tanyaku sambil menangis diatas ranjang tanpa menggunakan sehelai pakaian dan hanya ditutupi selimut. Namun raut wajah Papa malah merasa tak bersalah justru tertawa bahagia.
“Sudahlah Papa tau kau pasti pernah tidur dengan pacarmu. Apa salahnya sekarang kau tidur dengan Papa” aku sungguh terkejut. Seseorang Ayah yang mestinya melindungi dan menjaga putrinya malah ia nodai tanpa rasa bersalah.
“Papa memang jahat, kejam, bajingan, tega-teganya Papa menodai Ade. Ade tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun. Papa Iblis” Air mataku mengucur deras diringi marah yang membakar alam semesta. Papaku tiba-tiba marah besar dan dia menamparku.
“Diam kamu. Dasar pelacur. Kau tidak jauh beda dengan mamamu yang menjual dirinya pada lelaki hidung belang.” Dia memaki-maki seperti anjing buas yang menggong-gong. Lalu menjambak rambutku hingga jatuh ke lantai. Walaupun aku nakal. Aku tetap menjaga kehormatanku. Aku tak terima dengan segala perbuatannya padaku. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Dalam hati aku mendendam. Aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai ayahku lagi.

*****

Dengan pakaian yang hanya melekat dibadan aku pergi mendatangi mama. Memiliki sedikit bekal uang. Aku akhirnya sampai di rumah mama. Aku menceritakan tentang semua kemalangan dan rasa pahit yang ku alami saat tinggal bersama papa. Dia terharu dan merasa bersalah telah melepasku ke tangan serigala jahat itu. Dia berjanji untuk menjaga dan merawatku. Aku bersyukur mendapatkan perhatian serius dari mama walau dengan terpaksa aku harus melakukan aborsi untuk menutup aib keluarga yang memalukan. Dan pada saat itu aku berjanji untuk berubah dan menghapus masa kelamku. Aku akan memulai hidup baru dengan lembaran kisah baru.
Semenjak cerai mama tidak seperti dulu lagi. Seluruh harta dan aset-aset milik mama diambil oleh papa dan diberikan pada istri barunya. Hidupnya kini sederhana. Meskipun begitu kehidupanku cukup nyaman walau sederhana tak seperti di tempat papa dulu. Semua berjalan dengan bahagia tanpa ada masalah hingga di suatu petang sekelompok orang datang dengan mobil kijang kapsul hitam ke rumah kami mereka berbadan besar dan berwajah sangar dengan kalung perak menggantung di lehernya. Aku melihat mereka seperti anjing peliharaan. Dan dugaanku itu ternyata benar. Mereka adalah anak buah seorang lelaki tua yang aku kira adalah teman mamaku. Dia datang bertamu. Tanpa aku ketahui maksudnya, ternyata kedatangannya ke rumah kami adalah untuk menagih utang. Namanya adalah karman. Dia adalah seorang rentenir yang meminjamkan uang untuk mamaku. Awalnya bahasa yang dia pakai sangat baik dan sopan lalu kemudian menjadi kasar seperti orang tak berpendidikan. Aku mendengar percakapan mereka dari dalam kamar.
“Apa? Uangnya masih belum ada.” tanya karman dengan kesal.
“Berilah aku waktu beberapa bulan lagi. Aku akan melunasi semua hutangku.” Mama mengiba memelas kepadanya.
“aku sudah memberikanmu toleransi selama 6 bulan dan kau bilang masih belum punya uang untuk membayar.” Nada perkataanya semakin tinggi dan kesal.
“kau pembohong dasar pelacur” aku sangat marah mendengar dia menghina mamaku seketika itu pula aku keluar dari kamar menghinanya dengan lantang.
“Dasar kau laki-laki brengsek. kau itu bajingan. Beraninya kau memaki mamaku.” Tanganku mengayun ingin menamparnya namun secara tiba-tiba mama menahanku.
“cukup nak. Kau tidak sah ikut campur urusan mama.” Aku sangat terkejut mendengar mama mengatakan itu padaku.
“tapi ma, ade membela mama. Ade tidak terima mama dihina oleh orang macam dia.” Aku menjelaskan maksudku pada mama. mama menamparku secara tiba-tiba.
“Hutang kita banyak padanya nak. 30 juta rupiah. Kau tidak sepantasnya mengatakan itu kepada orang yang telah membantu kita.” Mama menjelaskan dengan sedih.
“Sudah cukup sandiwaranya” si karman memotong pembicaraan kami yang panjang. “Baiklah begini saja. Aku menawarkan solusi untukmu. Bagaimana kalau anakmu bekerja di sebagai pelayan di Diskotikku di pusat kota. Dia akan mencicil hutang-hutangmu dengan menjadi pelayan. Bagaimana?” tanya karman
“Kenapa tidak aku saja.” Mamaku menjawab.
“Kau tau pekerjaan menjadi pelayan itu berat mulai pagi sampai pagi lagi. Aku yakin kau tidak akan sanggup dan itu akan merugikanku, malah bisa menjadi beban.’ Jelasnya dengan panjang lebar. “Bagaimana? Kalau tidak aku akan menyita semua barang-barangmu dan kalian berdua akan hidup menjadi gembel selamanya.” Dia memberikan solusi yang sulit untuk kami terima.
“Beri aku waktu untuk menjawab.” Minta mamaku.
“Waktumu hanya 15 menit. Tangan anak buahku sudah gatal untuk mengambil semua barang-barangmu. jelasnya lagi. Kami berdua berdiskusi dengan sangat alot. Mama tak ingin melepaskanku kepada Karman. Akhirnya kepuusan dibuat. Aku bersedia membantu mama melunasi hutang-hutangnya pada Karman. Walau itu sangat berat untuk kami berdua karena tak akan bertemu untuk cukup lama.
“Baiklah. Tetapi kau tidak boleh menyakiti anakku. Dan aku bisa mejenguk dia?” mama memberikan persyaratan tambahan pada karman.
“Baik. Kita sepakat. Sekarang anakmu ikut denganku.” dengan beberapa lembar pakaian dalam tas punggung aku mengikuti Karman dan anak buahnya masuk ke dalam mobil kijang kapsul hitam untuk pergi menjadi pelayan di Diskotik miliknya. Rasanya penderitaan yang aku alami belum selesai. Apa lagi meninggalkan mama sendirian di rumah. Untungnya Mamaku diberi alamat tempat Diskotik dimana aku bekerja. Dia bisa menjengukku kapanpun kalau ada waktu. Aku merasa bahagia karena pada suatu saat akan bertemu lagi dengan mama walaupun aku yak tau itu kapan. Tuhan aku titip mama padamu. Jagalah dia dalam pelukan-Mu.

*****

Ternyata semua itu adalah kebohongan belaka. Semua kata-kata manis dan janji itu hanyalah tipuan untuk membuat mama menyerahkan aku padanya. Aku tidak menjadi pelayan Dikotik seperti yang dikatakannya. Saat dalam perjalanan mulut dan hidungku tiba-tiba dibekap sangat kuat hingga aku tak sadarkan diri beberapa jam kemudian. Saat bangun tidur, kepalaku terasa pusing dan aku merasakan hal aneh karena pakaian yang menempel di badanku telah hilang serta aku terbaring diatas ranjang. Aku bagai sepotong daging tak bernyawa yang menjadi santapan serigala kelaparan. Karman telah menodaiku.
“Dasar kau laki-laki bajingan Karman. Kau telah menghancukan harga diriku.”
“Ha..ha..ha..ha...untuk wanita cantik dan semok seperti kau sebetulnya tak pantas menjadi pelayan di Diskotik milikku. Pantasnya kau menemaniku diatas ranjang seperti sekarang ini. Kau baiknya jadi istri simpananku atau melayani tamu-tamu Diskotikku.”
“Aku tidak sudi menjadi milikmu atau milik siapapun.” Jawabku tegas.
“Baiklah kalau begitu. Kau akan menerima ganjarannya.” Dengan muka kesal dan marah dia keluar kamar dan membanting pintu lalu memanggil anak buahnya.
Kejadian ini yang membuatku jadi hancur berantakan. Aku bukan hanya ditiduri olehnya tetapi juga digilir oleh anak buahnya. Alamat yang diberikan kepada ibupun palsu. Semenjak itu aku menjadi anak yang bebas hidup tanpa batas moral dan waktu. Aku menjadi budak sex para lelaki di Diskotiknya. Hidupku terlihat bahagia. Mulai dari jalan-jalan, belanja ke Mall sampai pergi ke diskotik. Hidupku dipenuhi oleh uang. Hidup hanyalah untuk foya-foya dan sex. Dari sinilah awal kehancuranku. Mulanya coba-coba lalu suka terus ketagihan dan akhirnya jadi pecandu. Mulai dari minum Topi Miring hingga Vodka dan Wine. Mulai dari ganja hingga heroin. Semua makanan haram sampai orang bilang air kencing setan aku pernah mencobanya. Dan pada akhirnya aku masuk kelembah nista, lembah hina yang mungkin tidak akan pernah di maafkan oleh Tuhan. Aku pernah tidur dengan beberapa artis, pejabat, politisi, pengacara hingga orangtuaku sendiri. Sungguh begitu hinanya diriku. Wanita terkutuk macam apa aku ini. Berzina dengan para lelaki, suami orang bahkan dengan orang tuaku sendiri. Sungguh menjijikkan. Ingin sekali aku keluar dari semua kebusukkan ini, tetapi tubuhku terasa dirantai sangat kuat oleh sukar untuk melakukannya. Padahal aku ingin bebas.
Kini sudah lebih dari dua bulan aku terkurung di ruangan ini. Sendiri tanpa ada yang menemani. Rasanya aku sudah tak betah lagi. Tapi mau bagaimana lagi, penyakitku yang menular dan berbahaya membuat aku tidak boleh pergi kemana-mana. Pihak Rumah sakit mengurungku di ruangan isolasi. Aku tak bisa berbuat apa-apa, aku pasrah dengan infus dihidung dan tanganku. Setiap hari tubuhku semakin kurus. Akupun disuntik berbagai macam cairan berwarna warni. Aku langsung kejang-kejang. Sakit rasanya tak tertahankan. Ingin sekali suara dikerongkongan aku keluarkan tapi tak bisa. Hanya air mata yang keluar dari kelopak mataku. Mungkin memang ini kutukan yang harus aku terima karena kesalahan yang telah aku perbuat sendiri. Pergaulan bebas telah menjerumuskan aku ke dalam lembah kenistaan ini. Sungguh sangat memilukan. Andaikan saja waktu dapat diputar kembali. Ingin aku perbaiki semuanya. Semua tentang kisah hidupku yang hina ini. Andaikan saja waktu dapat di putar kembali, aku ingin semua ini tak terjadi. Aku harap ini adalah mimpi buruk dan aku segera bangun dari tidur.

Samarinda, 2 Juni 2011

Selasa, 28 Juni 2011

DARI HATI

Adanya saat ku termenung
Saat kesendirian menyelimuti hati
Aku tulis segala kesedihan
Yang kini tersimpan dalam benak kalbu

Entah apakah yang terpikirkan . . .
Aku ingin bercerita walau hanya sepatah kata
Aku ingin berkata walau hanya sebuah kalimat

Kisah indah yang kini tinggal kenangan
Sebuah harapan, saat pertama mengenal dirinya
Seorang gadis yang pernah mengisi relung hati
Kini pergi dan tak akan kembali

Pedih yang kurasakan . . .
Apakah ini suratan takdir . . .
Sepanjang hidup percintaan yang pernah terjadi
Semua kisah indah yang pernah aku alami
Walau hanya terbatas dan tak terikat janji abadi

Tuhan . . . . .
Berilah aku kekuatan
Aku tak mudah tuk mengakuinya
Aku tak mudah tuk mengatakannya
Aku mencintainya
Aku sangat mencintainya

Senin, 20 Juni 2011

NASKAH DRAMA "RAHASIA"

Karya ANTUNG FIRMANDANA

 PARA TOKOH:

1. Pak Gatot : seorang pria berusia 42 tahun, pengusaha kaya, memiliki rambut pendek rapi, kumis yang tebal, memakai kacamata, agresif dan pandai merayu wanita.
2. Ibu Maria /Istri Pak Gatot : seorang wanita berusia 40 tahun, badan sedikit gemuk, sombong, angkuh, dan pencemburuan.
3. Mona/Anak Pak Gatot : seorang gadis berusia 17 tahun, masih SMA, anak semata wayang, manja, sombong, mudah marah dan sangat mencintai ayahnya.
4. Beti / Gay : pria gemulai berusia 23 tahun, pacar pak Gatot, tinggi sedang, rambut cepak, pakai bando dan bawa kipas di tangan, centil dan berpenampilan mencolok, pacar pak Gatot.
5. Ririn /Sekertaris Pak Gatot : seorang wanita karier berusia 25 tahun, cantik, rambut panjang, tinggi sedang, badan semok, pandai merayu dan selingkuhan pak Gatot
6. Rika /Mahasiswi) : seorang remaja 20 tahun, cantik, rambut sedang, berpenampilan sederhana, manja, agresif, pacar Pak Gatot.
7. Pak Jarot/Ayah Rika : seorang pria berusia 42 tahun, berbadan besar, brewokan, dan pemarah.



 SETTING:

Panggung di bagi menjadi 2 tempat. Tempat pertama adalah ruang tamu sebuah rumah dimana terdapat sofa/kursi mewah di dalamnya yang menghadap penonton. Tempat kedua adalah sebuah taman kota dimana muda-mudi bisa memadu kasih, disana terdapat kursi panjang, taman bunga kecil, lampu taman yang menghadap ke penonton.


SINOPSIS

Kisah yang menceritakan tentang rahasia yang dimiliki oleh Pak Gatot. Pak Gatot memiliki banyak kekasih dari berbagai kalangan. Dia berusaha menutupi hal itu dari keluarganya namun disisi lain kekasih-kekasihnya menuntut pertanggung jawaban mengenai status mereka. Akankah rahasia Pak Gatot akan terbongkar.
Saksikanlah…

BABAK I
(Setting menggambarkan sebuah rumah, nampak Pak Gatot dan sekretarisnya Ririn sedang mabuk dalam kenikmatan cinta, lampu biru perlahan menyala menyorot kursi tamu diiringi musik)

1.Ririn : Apakah istri bapak tidak curiga. Nanti kalau kita ketahuan berdua disini kan bisa berbahaya pak? (tanya Ririn dengan gelisah)
2.Pak Gatot : Tenang saja. Istriku masih lama pulangnya. Dia masih sibuk dengasn urusan-urusannya. Mona juga jam segini masih di Sekolah dan sore nanti baru pulang. Kita masih bisa menggunakan waktu ini untuk bersenang-senang. (Gatot meraba-raba punggung Ririn)
3.Ririn : Baiklah kalau begitu. (perlahan Ririn melepas pakaiannya lampu biru menerangi mereka berdua). Ah..ah..ah..ah..ah.. (terdengar suara mendesah dan jeritan Ririn saat melakukan hubungan badan dengan bos Pak Gatot di balik kursi tamu, nampak kursi berdencit bergoyang dengan pakaian berhamburan diatasnya, lalu kemudian lampu biru padam)
4. Pak Gatot : Kau memang sangat hebat Rin, kau mampu memuaskan hasratku yang telah lama terpendam, tidak seperti istriku yang selalu sibuk dengan arisan-arisannya serta urusan lain. Dia tidak bisa memuaskanku, tetapi kau mampu melakukannya dengan sempurna (sambil mencolek dagu Ririn dengan lembut).
5. Ririn : Tidak juga. Serangan Bapak memang sungguh luar biasa, saya saja hampir tidak bisa bernafas tadi. (jawab Ririn dengan halus sambil merapikan pakaian kerjanya).
6. Pak Gatot : Nampaknya kau sangat hebat bisa menahan serangan dariku? (Pak Gatot memulai pembicaraan dengan Ririn sambil mengancingkan baju putih lengan panjangnya, lalu merapikan pakaiannya)
7. Rinrin : Bapak terlalu berlebihan memuji saya. Apakah kita tidak sebaiknya kembali ke kantor Pak. Jam makan siang sudah selesai. (Ririn melihat jam tangannya). Nanti jam 2 siang kita ada rapat dengan bapak Walikota di kantor.
8.Pak Gatot : Ok. Kita berangkat sekarang. Sebaimya kita tidak mengecewakan Bapak Walikota. Lain kali kita akan lanjutkan lagi senang-senangnya.
9. Ririn : Dengan senang hati pak. Kapanpun Bapak mau, saya selalu siap. (jawab Ririn dengan senyum, lampu perlahan padam diiringi musik).
BABAK II
(Setting menggambarkan sebuah taman kota, nampak Beti sedang duduk di kursi taman menunggu kedatangan pak Gatot, lampu perlahan menyala diiringi musik)

10. Beti : (Beti sedang duduk santai di kursi taman memakai bedak dipipinya lalu menggunakan lipstik) Aku sudah keliatan cantik seperti cleopatra. Manasih si yayang kumis. Kok lama banget datangnya (Beti mengluarkan kipas dari dalam tasnya) Padahal eke kan sudah dandan cantik-cantik (Beti duduk di kursi sambil melihat jam di tangannya)
11. Pak Gatot : (Pak Gatot muncul dari samping panggung membawa setangkai bunga buat pacarnya. Dia mendekati Beti secara perlahan) Apa kabar sayangku Beti? (Beti melihat ke belakangnya, lalu membuang muka karena kesal menunggu Pak Gatot yang datang terlambat) kenapa?
12. Beti : Kok lama banget sih, akukan sudah tungguin disini dari tadi. (Beti bicara dengan nada kesal)
13. Pak Gatot : Maaf sayang tadi aku ada banyak urusan di kantor. Tapi aku kan sekarang sudah datang dan berada didekatmu. Apakah kamu tidak kangen? (Pak Gatot merayu Beti)
14. Beti : Mulai deh jurus gombalnya keluar. (Beti tak menghiraukan perkataan Pak Gatot)
15. Pak Gatot : Tidak sayang. Aku tidak gombal. Aku janji tidak akan datang telat lagi.
16.Beti : Benar ya. Janji yayang kumis tidak datang telat lagi?
17. Pak Gatot : Iya. Yayang kumis janji tidak akan datang telat lagi. Sekarang Beti liat dong apa yang yayang kumis bawa ( Pak Gatot menujukkan setangkai bunga dan sebuah gelang buat Beti)
18. Beti : Wah.. cantik sekali bunganya. Dan gelangnya bagus. Makasih ya. Yayang kumis. (Beti mencium pipi pak Gatot tanda bahagia) jadi hari ini kita jalan kemana?
19. Pak Gatot : Bagaimana kalau kita ke Mall aja. Shoping. Ke salon, terus nanti kita nonton film di bioskop..? Gimana?
20. Beti : Wah boleh juga itu judulnya aja lucu. Ayo kita berangkat. (Beti dan Pak gatot keluar panggung dengan berangkul mesra, lampu perlahan padam diiringi musik).


BABAK III
(Setting menggambarkan sebuah taman kota, nampak Rika sedang duduk sambil memencet tombol telepon genggannya di kursi taman, lampu perlahan menyala diiringi musik)

21. Rika : Dimana sih dia. Kok lama banget ngga ada muncul-muncul. (Rika berjalan mondar-mandir di sekitar taman)
22.Pak Gatot : (Datang dari belakang menutup mata Rika) Apakabar sayang? Sudah lama ya, nungguinnya?
23.Rika : (Rika melepas pegangan tangan pak Gatot lalu duduk di kursi taman) Mas kok lama banget sih. Janjinya kan jam 2. Sekarang sudah jam 3. Telat 1 jam nih.
24.Pak Gatot : Iya. Sayang. Mas minta maaf. Tadi ada meeting ketemu klien dari luar kota. Jadi maafin ya kalau sedikit terlambat
25.Rika : (Rika menunjukkan semua jari tangannya) Ini kan sudah ke 10 kalinya mas datang terlambat terus. Masa masih terlambat juga sih.
26.Pak gatot : Ya. Sayang. Mas minta maaf lain kali mas janji datang tepat waktu. Mas tidak akan bohong.
27.Rika : Beneran ya. Kalau bohong atau ingkar janji pokoknya akan dapat sangsi dari Rika. Kalau tidak, jangan pernah hubungin atau mengajak Rika ketemuan lagi.
28.Pak Gatot : Jangan dong sayang. Pokoknya mas janji tidak akan datang telat lagi. (Pak Gatot memelas)
29. Rika : Harus. Pokoknya sekarang ada sangsinya. Dan sangsinya adalah mas harus belikan Rika sebuah mobil. Masa punya cowok kaya raya seperti mas Gatot tapi pacarnya naik angkot. Tidak etis dong. Apa kata orang-orang. (Rika memarahi pak Gatot)
30. Pak Gatot : Ya. Sudah. Pokoknya kalau mas datang terlambat lagi. Mas belikan Rika mobil deh.
31.Rika : Loh kok nanti sih mas. Rika mau mas belikan mobil sekarang. (Rika menatap Pak Gatot dengan kesal)
32.Pak gatot : Aduh..sekarang mas tidak bawa uang. Besok aja ya. Pokoknya mas janji besok belikan Rika mobil baru
33. Rika : Beneran ya. Pokoknya awas kalau bohong. Nah sekarang mas harus temanin aku. Banyak yang ingin Rika beli nih. Kita ke mall yuk belanja terus nonton deh..
34. Pak Gatot : Yang penting Rika bisa memuaskan Mas Gatot. Dan mas akan penuhi semua keinginan Rika.
35. Rika : Ya sudah. Kalau begitu kita jangan buang waktu lagi. (Mereka berdua bergandengan tangan keluar panggung)

BABAK IV
(Setting menggambarkan ruang tamu rumah keluarga Pak Gatot yang sedang berduka karena kepergian pak Gatot secara tiba-tiba, tampak Ibu Maria dan anaknya Mona sedang dudu disamping jenazah Pak Gatot, terdengar suara tahlil, lampu perlahan menyala diiringi musik yang sedih dan memilukan)

36.Bu Maria : (Menangis tersedu karena di depan jenazah suaminya pergi) Bapak....tega sekali bapak meninggalkan kita berdua disini. Mana janji bapak yang akan menjaga kami berdua selamanya. (Bu Maria mengusap air matanya dengan tisu)
37. Mona : (Menangis penuh haru) Bapak...siapa yang akan melindungi kami pak. Siapa yang akan temanin Mona belajar, ambil raport ke sekolah, ngajarin Mona main musik. Kalau tidak ada bapak Siapa...jangan pergi pak...jangan tinggalin Mona pergi... (Ririn masuk dari pintu tamu)
38.Ririn : (Ririn datang dalam keadaan hamil 4 bulan langsung mendekati mayat pak Gatot sambil menangis). Bapak... kenapa bapak cepat sekali meninggalkan Ririn...
39. Bu Maria : Siapa kamu kok tiba-tiba masuk ke rumah lalu menangisi jenazah suami saya?
40.Ririn : (Ririn berbicara sambil menangis) Pak Gatot adalah kekasih saya. Saya telah hamil 5 bulan dan anak yang ada dalam kandungan saya adalah anaknya Pak Gatot.
41. Bu Maria : (Terkejut) Apa!! Kau pasti berbohong. Tidak mungkin. Kau pasti ingin mengambil kesempatan untuk mengambil harta keluarga kami.
42.Ririn : Tidak. Saya tidak bohong. Saya adalah sekretaris bapak di kantor. Dan kami telah menjalin hubungan cinta selama setahun. (Saat Ririn dan Bu maria berdebat tiba-tiba Beti datang dari pintu menjerit dengan histeris, lari mendatangi mayat Pak Gatot
43. Beti : (Beti menangis meraung-raung) Mas kumis, kenapa mas kumis meninggalkan Beti. Beti sayang dengan mas kumis. Beti cinta sama mas kumis. Jangan tinggalin Beti mas...jangan pergi...
44. Bu Maria : Apa lagi ini.? Heh ngapain kamu nyelonong masuk ke rumah saya. Siapa kamu ini.? Datang-datang menangisi jenazah suami saya.??
45. Beti : Saya Beti pacarnya mas kumis. Saya sudah berpacaran dengannya selama setahun ini. Saya terkejut mendengar kematian mas kumis.
46. Mona : Apa!!! Kebohongan apa lagi ini. Kau pasti salah orang. Ayahku itu laki-laki normal. Tidak mungkin menyukai orang aneh seperti mu.
47. Ririn : Hehh dasar banci kaleng. Kamu pasti berbohong. Kamu itu orang gila nyasar. Datang-datang mengaku pacar Pak Gatot. Dasar pendusta.
48. Beti : Apa kamu bilang... jangan sembarangan kalau bicara. Kamu itu yang pembohong. Dasar pelacur. Kamu pasti penjual diri di ponggir jalan. (Tiba-tiba percecokan mereka berhenti, pak Jarot masuk berteriak-teriak masuk ke rumah Bu maria membawa anaknya Si Rika)
49.Pak Jarot : Dimana si Gatot..dimana si Gatot...Dia harus bertanggung jawab atas kehamilan anak saya si Rika. (Rika tertunduk malu)
50. Bu Maria : Siapa anda mau apa datang kemari??
51. Pak Jarot : Saya kesini minta pertanggung jawaban si Gatot. Anak saya telah mengandung 3 bulan hasil hubungannya dengan Si Gatot.
52. Mona : Hehh kalau ngomong jangan sembarangan. Teriak-teriak lagi di rumah orang. Dasar laki-laki tua bangka tak tau diri. Rasakan ini. (Mona menedang selangkangan pak Jarot, diapun tersungkur kesakitan, seketika itu anaknya yang melihat ayahnya disakiti tidak terima)
53. Rika : Apa yang kamu lakukan. Mengapa kau menyakiti ayahku. (Rika lalu menjambak rambut Mona. Mereka berkelahi saling menjambak)
54. Ririn : Heh banci tadi kamu bilang aku pelacur. Kau itu dasar orang gila sinting. Rasakn ini. (Ririn berkelahi dengan Beti. Mereka saling menjambak dan mencakar)
55. Bu Maria : (Suasana rumah menjadi kacau tak terkendali, Bu Maria menjadi shock, dia berteriak) Berhenti...berhenti...berhenti kalin semua. (tiba-tiba Bu Maria memegang jantungnya. dia terkena serangan jantung lalu jatuh dan meninggal. Perkelahianpun berhenti. Mona langsung mendatangi tubuh ibunya yang tersungkur tak bernyawa).
56. Mona : (berteriak histeris) Ibu...ibu...ibu.... (lampu perlahan padam pertunjukkan selesai)

Ditulis di Samarinda, 04 Oktober 2009 pukul 09.19
Selesai di Samarinda, 07 Juni 2011 pukul 10.54