Minggu, 19 Juni 2011

KEIKHLASAN

Oleh Antung Firmandana

Pada masa Rasullullah saw masih hidup, ada seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis yang bernama Ummu Qois. Ketika Rasulullah saw dan para sahabatnya hijrah dari Mekah dan Madinah, Ummu Qois pun ikut hijrah, sedangkan laki-laki yang mencintainya sebenarnya tidak berniat untuk hijrah, sebagaimana niatnya Rasulullah dan para sahabatnya yaitu ikhlas karena Allah swt untuk memperoleh Ridha-Nya. Laki-laki tersebut hijrah karena terpaksa ingin menikah dengan Ummu Qais yang mengemukakan syarat mau menikah kalau sudah berada di Madinah.

Tentang niat hijrahnya laki-laki yanhg mencintai Ummu Qais tersebut, diketahui oleh para sahabat Nabi. Lalu mereka menanyakan pada Nabi Muahammad saw. Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda: “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnaya. Dan sesungguhnya tiap-tiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrah pada jalan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrah karena ingin memperoleh keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu ialah kearah yang ditujunya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Ajaran Islam tentang Ikhlas
Ikhlas ialah perbuatan baik yang dikerjakan semata-mata karena Allah swt dan untuk memperoleh Ridha-Nya. Dalam hadist Qudtsi Allah swt berfirman: ”Aku sebaik-baik kawan. Maka barang siapa yang (mencari) kawan selain Aku maka hal itu untuk kawannya (itu). Hai manusia, Ikhlaskan amalmu karena Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang di ikhlaskan untuk-Nya. Jangan kau berkata ”Ini untuk Allah dan untuk sahabat”. (Karena) sesungguhnya (yang demikian) itu adalah untuk sahabat, sama sekali tidak untuk Allah. Jangan pula kau katakan ”Ini untuk Allah dan pemimpin”. (Karena) sesungguhnya (yang demikian) itu hanyalah untuk pemimpinmu, sama sekali tidak untuk Allah.” (H.R.Bazar dari Dhahak)

Melandasi setiap perbuatan ibadah dan amal saleh dengan niat ikhlas karena Allah, hukumnya wajib. Hal ini disebabkan karena perbuatan ibadah dan amal saleh jika tidak dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah, merupakan perbuatan yang sia-sia dan tidak diterima Allah swt. Rasulullah saw bersabda: ”Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya.” (H.R. Ibnu Majah)

Keutamaan Ikhlas
Ikhlas dalam beramal termasuk ke dalam Akhlakul Karimah, yang mengandung banyak keutamaan dan mendatangkan banyak hikmah. Adapun keutamaan-keutamaan ikhlas adalah:

1. Menimbulkan kepuasan batin yang tidak dapat dinilai dengan materi.
2. Membangkitkan semangat kerja, ketekunan dan kesungguhan.
3. Dapat menjaga rutinitas dalam beramal, karena tidak kecewa jika dicela orang dan tidak berbangga hati jika dipuji orang.
4. Selamat dari upaya setan yang akan menyesatkan, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt: ”Iblis berkata: ”Ya tuhanku, karena engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi. Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba engakau yang mukhlis diantara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).
5. Akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman: ”Dan perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya karena mencari ridha Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka mereka itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265).

Balasan Ikhlas adalah Surga
Pada akhirnya orang-orang yang ketika di dunianya betul-betul beribadah kepada Allah dengan dilandasi niat Ikhlas, tentu di alam akhirat mereka akan dimasukan kedalam surga Jannatun Na’im. Rasullullah saw pernah bersabda: ”Nanti pada hari kiamat umatku akan menjadi tiga golongan: (1) Golongan yang beribadah kepada Allah dengan ikhlas, (2) Golongan yang beribadah kepada Allah dengan ria, (3) Golongan yang beribadah kepada Allah untuk mencari makan. Apabila Allah mengumpulkan mereka pada hari kiamat, Allah berfirman pada mereka yang beribadah dengan niat untuk mencari makan kepada manusia,’Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, apa maksud tujuan engkau beribadah kepada-Ku? Demi kemuliaan dan keagungan-Mu aku beribadah untuk mencari makan’. Allah berfirman: ’Apa yang kau kumpulkan tidak ada gunanya bagimu. Wahai malaikat! Lemparkan mereka ke neraka’. Selanjutnya Allah berfirmn kepada orang yang beribadah karena ria. ’Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, apa yang kamu inginkan engkau beribadah kepada-Ku, ia berkata: ’Dengan kemuliaan dan keagungn-Mu, aku beribadah ingin agar dilihat manusia’. Allah berfirman: ’Sedikit pun dari amal ibadahmu, tidak ada yang dapat naik kepada-Ku (Wahai malaikat) Lemparkanlah mereka ke neraka’. Kemudian Allah berfirman kepada mereka, yang beribadah dengan ikhlas, ’Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, apa maksud dan tujuan engkau beribadah?’, ia berkata, demi kemuliaan dan keangungan-Mu. Bahwa Engkau Maha Mengetahui orang yang beribadah kepada-Mu. Aku beribadah kepada-Mu untuk mengingat Engkau dan mencari keridaan-Mu’. Allah berfirman: ’Benarlah engkau, (Wahai malaikat), antarkanlah ia ke surga’.” (H.R. Thabrani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar