Minggu, 19 Juni 2011

Naskah Drama "LINA"

Karya Antung Firmandana

 Para Pemain :

1. Pak Budi (Ayah Lina)
2. Ibu Siti (Ibu Lina)
3. Lina
4. Faisal
5. Ryan


SINOPSIS

Kisah memilukan yang dialami oleh anak sma bernama lina. Dia harus rela mengorbankan harga dirinya untuk menutupi aib keluarga. Disinilah tempat dimana akan diputuskan suatu hal yang sangat penting, hal yang mejadi kelanjutan dari sebuah kehidupan keluarga, penuh pertentangan dan emosi. akankah hal itu terjadi? Saksikanlah!




BABAK I

(Siang hari di sebuah Taman tempat muda-mudi biasa berpacaran, musik pengiring, lampu hologen perlahan menyala)

1. Lina : (Menggenggam tangan Faisal dengan penuh harap) Katakanlah sekali lagi, kamu benar-benar cinta padaku?
2. Faisal : Iya. Aku mencintaimu.
3. Lina : Sungguh, sampai kapan kau akan mencintaiku?
4. Faisal : Lin, walau matahari tak lagi bersinar dan rembulan tak lagi memancarkan cahayanyapun aku tetap akan mencintaimu, sampai kapanpun dan apapun yang terjadi. Percayalah Lin . . .
5. Lina : Kamu gombal, kamu juga pasti mengatakannya kepada mantan-mantan pacar kamu. (Melepas genggaman tangan Faisal)
6. Faisal : Tidak Lin, suer! Mana ada yang bisa menyaingi kamu, dewi persik, dewi sandra, sandra dewi, dewi-dewi semuanya lewat. (Merayu lina dengan gombal)
7. Lina : Ah, paling aku cuma salah satu diantara mereka, aku cuma salah satu diantara wanita-wanita itu, aku tidak ada artinya bagimu. Iyakan?
8. Faisal : Percayalah Lin. Kalau kau tak percaya belahlah dada abang ini.
9. Lina : Lina yakin kamu memang cinta padaku. Aku harus yakin kamu memang cinta, kamu memang sayang, kamu memang selalu memikirkan aku. Katakanlah kepadaku kamu cinta, cinta? (Mengharap kepastian dari Faisal)
10. Faisal : Aku cinta padamu Lina. (Menatap pada wajah lina)
11. Lina : Sal, tahukah kamu bahwa aku sekarang sedang hamil!
12. Faisal : Apa Lin, coba kamu ulang kata-katamu barusan?
13. Lina : Aku hamil Sal, Aku hamil!
14. Faisal : Ahh, yang benar? Maaf kalau begitu Lin, kata-kataku barusan aku cabut. Aku belum siap untuk jadi seorang ayah. Aku pergi...! (Keluar panggung)
15. Lina : Faisal tunggu...! (Diam terpaku tanpa suara)

(Musik menggambarkan kesedihan dan keputusasaan, lampu fokus ke Lina lalu perlahan padam)





BABAK II

(Siang hari menjelang sore di ruang tamu rumah Lina, musik pengiring, lampu hologen perlahan menyala)

16. Pak Budi
: (Pak Budi sedang asyik membaca koran). Bu...bu...teh ku mana bu...? Tenggorokan Bapak kering nih!
17. Bu Siti : Ya. Sebentar! (Ibu keluar dapur sambil membawa secangkir teh). Ini tehnya.
18. Pak Budi : (Pak Budi berhenti membaca koran lalu menyerup tehnya yang masih panas) Ahh! Segar Bu. Teh buatan ibu memang paling enak deh di dunia.
19. Bu Siti : Ah, Bapak ini pinter banget gombalnya. (Tersenyum manja)
20. Pak Budi : Ya. Iyalah bu. Cleopatra saja belum tentu bisa buat teh enak seperti buatan ibu. (Sambil tersenyum)
21. Bu Siti : Ah, bapak ini ada-ada aja masa ibu di samain dengan Cleopatra, jauh banget. Oh, iya. Lina kok belum pulang yah, tumben-tumbenan...!
22. Pak Budi : Yah biarin aja Bu, namanya juga anak muda, palingan lagi main sama teman-temannya. Lagian Lina kan juga sudah besar dan kita juga percaya sama dia. Mungkin juga sebentar lagi pulang. (Pak Budi melanjutkan membaca koran)
23. Lina : Assalamu’alaikum.! (Lina masuk rumah dengan lesu sambil mlelepas sepatu)
24. Ortu : Walaikumsalam (Jawab Pak Budi dan Bu Siti serentak)
25. Bu Siti : Kamu darimana aja Lin, kok muka kamu lesu. Kamu sakit? (Bertanya penuh perhatian)
26. Lina : (Duduk dikursi tamu). Ngga Bu, Lina ngga apa-apa. (Mencoba untuk tenang tapi tetap gelisah). Pak....Bu.... Lina mau bicara sesuatu sama Bapak dan Ibu? (Lina memutar jari-jari tangannya)
27. Bu Siti : Ada apa Rin? Sepertinya kamu cemas sekali? (Pak Budi menaruh korannya)
28. Lina : Maafin Lina ya Pak.... maafin Lina ya Bu....
29. Pak Budi : Ada apa Rin? Cepat katakan. Bapak dan Ibu tidak akan marah jika kamu berkata jujur! (Sambil meminum tehnya lagi).
30. Lina : Lina...lina....hamil Pak... Bu...
31. Pak Budi : (Kaget sambil menyemburkan teh yang diminumnya). Apa Lin, kamu hamil.! Ya ampun lina, bisa-bisanya kamu hamil sebelum menikah. Masih SMA lagi! Bapak pikir kamu sudah dewasa. Kamu sendiri yang bilang, percaya Lina deh pak, percaya Lina deh bu, lha kita ya percaya. Iyakan bu?
32. Bu Siti : Percaya. Kalau kita tidak percaya dan mengawasi 24 jam nanti di bilang kuno. Di bilang kampungan, tidak modern. Tidak mengikuti Zaman. Makanya ya kamu boleh pergi. Boleh ke disco sampai pagi. Boleh pakai tank top sampai kelihatan udelnya. Habis kalau dilarang nanti di bilang norak. Jadi ya kita bolehkan saja! Iya kan pak! Apalagi kami ini, bapak dan ibu kamu, memang percaya sama kamu. Kami percaya kamu anak pinter. Tidak sudi dipegang cowok. Pokoknya tidak akan terjadi apa-apa yang tidak di inginkan. Eh, malah hamil...!
33. Pak Budi : Pokoknya bapak tidak mau tahu, kamu harus segera menikah. Kamu tahu bapak tidak suka aborsi-aborsian. Bukan karena sok moralis, tapi karena tidak suka menutup-nutupi kesalahan. Bapak juga tidak suka jika membayangkan tetangga-tetangga kita menghitung hari. Dulu kawinnya bulan apa, lantas melahirkannya bulan apa? Nah, ketahuan ternyata ada persekot didepan! Mau ditaruh dimana muka bapak! Muka ibu! Memangnya sudah berapa bulan kamu hamil?
34. Lina : Sudah 2 bulan pak. (Tertunduk lesu)
35.Pak Budi : (Berdiri) Apa 2 bulan! Bu, kok bisanya kita tidak tahu anak kita sudah hamil 2 bulan? Heran! Anak disayang-sayang, begini balasannya sama orangtua. Kamu tahu kan Lina. Kami tidak minta apa-apa dari kamu, tapi tidak berati kamu boleh mempermalukan orang tua. Kamu kan tahu, lebish susah jadi perempuan ketimbang jadi laki-laki di negeri ini. Kalau laki-laki boleh jadi bajingan, boleh berkelahi, malah tidak afdol kalau tidak berandalan sedikit-sedikit. Lain sama perempuan. Ketawa terlalu keras sudah di bilang genit. Genit sedikit dibilang perek. Sekali keluar malam dibilang pelacur. Tapi toh kenyataannya bapak dan ibu tidak seperti itu, karena kami tahu kamu bukan perempuan murahan. Nah, sekarang kalau begini jadinya bagaimana? kamu sendiri kenapasih kok begitu gampangnya kepelet ? memangnya siapa bapak dari anakmu itu?
36. Lina : Tidak tahu, Pak. (Menunduk lesu)
37. Pak Budi : Apa! astaga Bu! Astaganaga! Dengar anakmu itu bu! Dia tidak tahu siapa bapaknya! Minta ampun! Dengan berapa laki-laki memangnya kamu berhubungan?
38. Lina : Lina...lina... lupa pak, soalnya pacar lina banyak sih. (Masih tetap menunduk)
39. Pak Budi : Ya ampun Lin, kamu memang benar-benar keterlaluan. Pokoknya bapak tidak mau tahu, Kamu harus tanggung sendiri akibatnya.
40. Lina : Tanggung sendiri bagaimana Pak?
41. Pak Budi : (Menatap pada Lina) Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab. Coba lihat bu! Dia hamil dan tidak tahu siapa bapak anaknya! Apa yang bisa kita lakukan! Mau menuntut pun mau menuntut siapa?
42. Bu Siti : Nak, jadi kamu betul-betul tidak tahu siapa bapak jabang bayi dikandunganmu?
43. Lina : Maafin Lina bu...(Lina memeluk Ibunya)

(Lampu perlahan padam di iringi musik yang menggambarkan kesedihan dan kepiluan)


BABAK III

(Pagi menjelang siang hari di ruang tamu rumah Lina, musik intro, lampu hologen perlahan menyala)

44. Ryan : Good morning, selamat pagi, sepada? (Ryan berteriak mencari tahu keadaan rumah Lina)
45. Bu Siti : Ya. Sebentar. (Berhenti mengupas buah apel ketika mendengar suara tamu). Ada apa yah? (Melihat aneh pada pakaian Ryan yang agak norak dan jadul) Apa ada yang bisa saya bantu?
46. Ryan : Lina ada bu, saya temannya, Ryan?
47. Bu Siti : Ada. Silahkan duduk dulu, sebentar saya panggil (Bu Siti masuk kedalam kamar memangil Lina)
48. Lina : Ooo...Kamu. Untuk apa kau datang kemari. Tumben, ada angin apa kamu kesini? (Duduk di kursi tamu)
49. Ryan : (Mendekati Lina). Lin, maafin aku soal itu. Dulu aku gugup, takut dan bingung, sehingga aku belum siap untuk menerima kenyataan itu. Tapi sekarang aku menyesal, aku ingin berubah, aku ingin bertobat dan sekarang aku akan bertanggung jawab atas apa yang telah aku perbuat kepadamu. (Ryan mendekati lina, memegang tangan Lina dengan lembut sambil mengiba).
50. Lina : Alah munafik, kau pasti telah mengatakan hal itu kebanyak wanita yang telah karenggut kehormatannya. Dasar penipu, pembohong! (Melepas tangan Ryan)
51. Ryan : Tidak lina, sungguh aku tidak bohong. Aku ingin memperbaiki kesalahanku dengan bertanggung jawab kepadamu dan aku ingin berbicara dengan kedua orangtuamu sekarang, dimana mereka Lin? (Bicara kepada Lina dengan meyakinkan)
52. Bu Siti : (Keluar dari dapur dengan membawa minuman buat Ryan) Wahh! Kalian akrab banget ngobrolnya, sepertinya ibu ganggu kalian nih.
53. Lina : Bu, Bapak dimana?
54. Bu Siti : Ada tuh di kamar, sepertinya sedang ngetik laporan.
55. Lina : Bisa tidak bu, bapak dipanggil kan sebentar kesini. Lina ingin bicara sama Bapak dan Ibu?
56. Bu Siti : Baiklah, tunggu sebentar ibu panggilkan. (Masuk kamar memanggil suaminya)
57. Pak Budi : (Keluar kamar berdua dengan istrinya). Kenapa Lin, kamu memanggil bapak sama ibu. Kamu ingin bicara apa sama kami?
58. Lina : Begini pak...bu... ada yang ingin Lina bicarakan sama bapak dan ibu mengenai jabang bayi yang ada dalam perut Lina. Kenalkan ini Ryan! (Mengenalkan Ryan pada orang tuanya)
59. Pak Budi : Ooo...jadi ini dia cecunguk yang telah mengambil kehormatan putriku satu-satunya ini. Iya, apa benar kamu yang telah mengambil kehormatannya, jawab? (Dengan wajah marah dan geram serta ingin memukul Ryan tetapi buru-buru di tenangkan oleh istrinya)
60. Bu Siti : Sabar pak, jangan terbawa emosi. Biarkan Lina menyelesaikan perkataanya.
61. Pak Budi : Sabar gimana bu, gara-gara diakan anak kita kehilangan masa depannya dan gara-gara diakan keluarga kita di buat malu dan hancur. Hai, anak muda apakah benar kamu yang telah menghamili anakku, jawab? Kalau tidak aku lumat jadi cacing kau! (Dengan kemarahan yang tak padam)
62. Ryan : Baiklah! pak...bu... Iya. Memang benar adanya, saya akui bahwa saya yang telah menghamili Lina anak bapak dan ibu, tapi saya melakukannya karena saya cinta sama dia dan saya akan bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan. Saya akan menikahi putri bapak dan ibu.
63. Pak Budi : Bagus, berani berbuat harus berani bertanggung jawab. (Sambut Pak Budi dengan dingin)
64. Faisal : Pagi, Permisi...! (Tiba-tiba suara dari pintu luar memanggil)
65. Lina : Faisal! (Berdiri dengan terkejut)
66. Bu Siti : Siapa Lin? (Tanya heran)
67. Lina : Engga bu, teman Lina.
68. Pak Budi : Suruh masuk aja. Masuk nak. (Balas Pak Budi)
69. Faisal : Permisi pak...bu...(Berjalan sambil mencium tangan orangtua Lina)
70. Pak Budi : Ada perlu apa ya, kok sampai cium tangan segala? (Heran dengan tingkah laku Faisal)
71. Faisal : Maaf pak...bu...kenalkan sebelumnya. Nama saya Faisal. Saya pacarnya anak bapak dan ibu.
72. Pak Budi : Apa! apa saya tidak salah dengar kamu pacar anak saya. (Terkejut mendengar perkataan Faisal)
73. Faisal : Iya. pak...bu... Tujuan saya datang kemari adalah untuk mempertanggung jawabkan perbuatan saya kepada putri bapak dan ibu. Saya telah menghamili putri bapak dan ibu dan saya ingin mempertanggung jawabkannya dengan melamar anak bapak dan ibu si Lina. (Lina menunduk sambil menangis di barengi dengan keterkejutan Pak Budi, Bu Siti dan Ryan).
74. Ryan : Apa! (Berdiri sambil menunjuk Faisal). Hehh anak gembel jangan lancang kalau bicara ya, Lina itu pacarku bisa-bisanya kamu mengaku dia pacarmu. Pakai hamili segala lagi kau pasti pembohong? (Marah sambil memaki Faisal).
75. Faisal : Hei kamu pentol korek, gayung bocor, kucing kurap kamu yang semestinya jangan sembarangan kalau bicara. Aku ini memang pacaranya Lina, kami berdua telah 10 kali bermain di Hotel Mesra dan kau tahu, bayi yang ada dalam perut Lina adalah anakku. (Membalas makian Ryan sambil memuji perbuatannya).
76. Ryan : Dasar kamu pembual. Hehh! jelas-jelas Lina pernah pergi kencan bersamaku 10 kali ke Hotel Grand Victoria. Dan jelas bayi yang ada dalam perut Lina adalah anakku. (Memebalas makian Faisal sambil memuji perbuatan keji yang dilakukannya).
77. Lina : Sudah...sudah cukup dengan semua yang kalian katakan. (Marah sambil menangis tersedu-sedu). Kalian memang laki-laki biadap, kalian semua terkutuk. Kalian semua telah memepermainkanku dan menghancurkan hidupku. (Semua orang diam tersentak, Faisal dan Ryan tertunduk)
78. Bu Siti : Nak, tolong kamu jujur kepada kami semua, sebenarnya siapa ayah dari anakmu itu?
79. Lina : Maafin Lina bu (Lina memeluk ibunya dengan penuh penyesalan). Lina memang anak yang tidak berbakti, Lina memang durhaka, Lina tidak pantas menjadi anak ibu. (Menangis tersedu sambil menjelaskan penderitaan yang dialaminya). Faisal dan Ryan memang pacar Lina dan lina melakukan itu karena lina sudah kotor. Waktu itu 2 bulan yang lalu saat ibu keluar kota, hanya ada lina sendiri di rumah. Malam itu lina lagi mengerjakan PR. Lina dengar suara bapak pulang. Bapak pulang mabuk, lina antar bapak ke kamar, lalu hal itu terjadi. Bapak mengancam kalau tidak mengikuti kehendaknya dan melapor ke ibu maka Lina akan dibunuh. Sebenarnya anak ini adalah anaknya Bapak bu.(Semua orang di ruang tamu terkejut)
80. Pak Budi : Hai Lina jangan sembarangan kalau kamu bicara ya, dasar pelacur, anak durhaka! (Berdiri dari kursi, marah mendengar perkataan Lina)
81. Lina : (Berdiri melawan perkatan bapaknya). Bapak yang tidak tahu diri. Tega-teganya telah merenggut kebahagiaan lina dan masa depan lina. Darah daging bapak sendiri.(Lina mengambil pisau yang ada di atas meja dan menggenggamnya kuat menuju kesudut ruangan). Tak ada gunanya lagi Lina hidup, lina memang tidak pantas hidup. (sambil mengacungkan pisau kepada semua orang)
82. Bu Siti : Jangan Lin, jangan nak, kamu adalah anak ibu satu-satunya, masih ada kesempatan nak ibu memaafkanmu. Pak cegah anak kita. (Pinta Bu Siti pada suaminya). Nak tolong cegah lina, jangan biarkan dia melakukan itu. (Pintanya kepada Faisal dan Ryan).
83. Pak Budi : Maafkan bapak lin, bapak tidak sengaja, bapak khilaf. Buang pisau itu lin (Pinta Pak Budi sambil memohon pada anaknya).
83. Faisal : Dengarkan kata ibumu lin, buang pisau itu lin aku mau menerima kamu apa adanya. Tapi tolong jangan lakukan itu. (Membujuk Lina dengan halus)
84. Ryan : Iya. Lin. Aku akan bertanggung jawab atas semua perbuatan yang kulakukan padamu.
85. Lina : Kalian semua diam di tempat. Jangan ada yang mendekat. (Menangis pilu). Dasar pembohong, pendusta, munafik. Lina malu bu, lina sudah kotor, lina tidak pantas hidup, lebih baik lina mati. (Menghunus pisau ke ulu hatinya)
86. Semua : (Histeris) Lina......!

(Lampu padam, pertunjukan selesai, penonton tepuk tangan)

THE END
Ditulis di Samarinda, 9 April 2009 pukul 06.00 WITA
Selesai di Samarinda, 9 April 2009 pukul 23.00 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar