Selasa, 10 April 2012

NAPAK TILAS 1

Yaahhh inilah saya. dahulu, enam tahun yang lalu setelah slesai SMA saya mulai beranjak dewasa, awalnya biasa saja, termenung, berpikir...setelah lulus SMA pengen kemana..??? waktupun berjalan detik demi detik, kian lama, semakin lama, tambah lama, sayapun terus berpikir....Dahulu saya sangat dekat dengan plajaran Bahasa Indonesia. Saya sangat senang pelajaran itu terlebih karena saya mencintai sastra yaitu puisi...waktu SMA saya adalah orang yang hiperakftif suka ksini, suka ksitu, ngumpul dsana, ngumpul dsitu..pokoknya pergaulan dimana aja, bebas sebebas-bebasnya. awalnya sih tertarik..lama-lama jadi suka, terus-terusan akhirnya jd cinta..:D. banyak hal yang saya plajari karena suka ksana-kmari, waktu SMA saya aktif di berbagai eskul, mulai dari OSIS, IRMA, MADING dan TEATER. Cukup banyak, walau tak terlalu banyak. semua bakat dan kemampuan saya terasah disini. Alam telah mengajarkan saya banyak ilmu. semuanya menyita waktu, tetapi menyenangkan. di OSIS saya dipercaya menjadi pengurus kesenian, karena hobi yang kental dengan seni. Di IRMA (Ikatan Remaja Mushola Al-Amanah) saya dipercaya menjadi wakil ketua, sungguh amanah yang berat (-__-"). Di Mading saya mengurusi Rubrik Kesenian "Ini karena suka nulis Puisi" dan di Teater Mahardika saya dipercaya menjadi koordinator seksi Puisi PLUS Ketua Kelas (Ga nyangka banyak banget). Belajar di tempat yang berbeda tetapi dapat menjalankan hobi yang sama. Di sekolah saya pernah menjuarai Lomba Baca Puisi TIngkat Sekolah sampai Se-kota Madya. Di sekolah juga saya belajar akting dan beberapa kali melakoni pentas drama. Puncaknya saya dan 2 orang tmn cewek saya (minah dan dewi) ikut pendidikan tambahan mengenai sastra Di kantor Bahasa Provinsi kalimantan Timur tahun 2005 bernama "Bengkel Sastra". kami dikumpulkan dari berbagai sekolah yang berbeda di Samarinda dan membentuk Sanggar Sastra Indonesia Kalimantan TImur.
sekolah kata om chrisye adalah tempat dimana masa-masa indah tak bisa dilupakan, masa-masa indah itu emang cuma ada di sekolah....Emang bener banget tuh. Sekolah menghadirkan banyak cerita tentang saya, PERSAHABATAN DAN CINTA, ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Di SMA saya mengalami masa indah jatuh CINTA (cie..cie...:D) dan juga PERSAHABATAN yang tak pernah putus sampai sekarang...Huhh Di SMA setiap kelas yang jumalahnya 15 pasti ada cewek suka sama saya (Ini Fakta :D) dan setelah perjalanan panjang akhirnya hati ini jatuh pada Tika anak kls 1 C (sweet...swett...). Lama berjalan hubungan kami mengalami hambatan, ayah Tika ingin Tika fokus Sekolah dan ga boleh pacaran, akhirnya kami backstreet dan ketahuan. Hp-nya disita dan akhirnya kami.....begitulah dan banyak cerita cinta lainnya (rahasia dunks). Ngomongin Sanggar Sastra Indonesia, disana kami di gembleng dan di bina dgn baik waktu itu yang pembina kami mas sunny S.pd, mas awang khalik, S.Sn dan mas Misman RSU. Dari situ kami Melahirkan 2 Antalogi Buku Puisi yg di cetak terbatas hanya 1000 eks dan dibagikan ke instansi-instansi pemerintah. Yahh... dari sana perjalanan sastra saya meluas tidak hanya mengenal naskah drama dan puisi tp jg cerpen, cerbung novel dll. Setelah di bina kami menjadi pengisi rutin kegiatan kantor bahasa, mulai dr Lomba sampai dengan seminar Nasional. saya sendiri dengan pegawai kantor bahasa sudah seperti keluarga, akrab, akrab banget.

Sabtu, 24 Maret 2012

KEKASIH HATI

Sayang . . . . .
Saat mengerti arti jerit suara hati
Perasaanku kini mulai tak menentu
Ketika kau berkata ‘tak ada yang lain dihati’

Sayang . . . . .
Waktu aku bermimpi bersamamu malam ini
Rasa rindu menancap kuat dalam raga
Bercampur cinta yang kini menusuk dijiwa
Kau membalutku dalam lautan asmara

Sayang . . . . .
Kau menjadi cahaya saat hati ini gelap
Senyummu adalah mentari pagi
Tawamu adalah indah hariku saat ini

Sayang . . . . .
Kini hidupku lebih berarti
Bersamamu kutemukan jalan kembali
Aku hanya inginkan dirimu seutuhnya
Aku mencintaimu selamanya

KAU YANG KUCINTA

Ketika langit mengguratkan warna hitam
Datang menjelang di heningnya malam
Riuh angin tak henti ingin menyapa
Menyambut hadirmu wahai berlian surga
Kutatap dirimu sempurna dalam raga
Kusimak jelas engkau anggun nan mempesona
Senyum diwajahmu yang menyibakan keindahan
Bagai kilauan permata yang tak pernah padam
Kau adalah rembulan berkerudung awan
Bertahta diantara bintang yang bertaburan

Saat gelap menyelimuti malam
Sinarmu pancarkan cahaya terang
Beri kesejukan pada kalbu yang gelisah
Hadirkan rindu pada hatiku yang gundah
Kehangatan yang selalu menjadi damba
Selimut jiwa, pelita hati
Kau telah masuk kedalam darah
Menyebar, bersatu bersama raga
Bersemayam di dalam jiwa

Kau tahu . . . . .
Jantungku berdegup sangat kencang
Panas dan dingin menyerang badan
Hatiku tertembus panah asmara
Dan kau adalah yang kucinta

BUNGA

Karya ANTUNG FIRMANDANA

Sungai Mahakam terbentang dari hulu ke hilir. Airnya mengalir laksana nyawa yang memberikan kehidupan bagi setiap anak manusia yang tinggal di sepanjang alirannya. Samarinda. Disinilah aku memulai hidup baru dalam lembaran kisah kehidupan. Jauh menelusuri jalan melewati ruang waktu yang tak pernah berhenti berputar. Menelusuri lembah-lembah misteri kehidupan yang entah sampai kapan dan tak tau dimana ujung pangkalnya. Perlahan demi perlahan, satu persatu menguakkan kisah-kisah takdir manusia. Kisah yang begitu perih dan menyakitkan. Hingga membakar bara dalam hati dan menimbulkan dendam yang amat sangat di jiwaku.

Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata. ”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.”
”Tidak....tidak.....tidakkk......”
”Bunga...bunga...bunga....bunga...”Suara Ibu membangunkan aku.
”Ada apa Bunga. Kok kamu berteriak seperti itu. Kamu ngigau ya?” Tanya Ibu kepadaku.
”Ah..tidak Bu..sepertinya aku mimpi saja. Mungkin karena kecapean habis kerjain tugas sekolah semalam.” Jawabku.
”Sudah ayo cepat kamu siap-siap. Sekarang suadah jam 7 nanti kamu terlambat lagi ke Sekolah.” Ibu menasehatiku.
”Apa....!!! Astaga hari ini aku ada ulangan” Secepat kilat aku segera membersihkan diri, berpakaian dan sarapan. Mimpi tadi itu begitu menggangguku. Hal itu seakan nyata dan membuatku jadi penasaran siapa wanita itu sebenarnya. ”Ah...paling hanya mimpi” Gumamku.” Dengan semangat membara aku bergegas berangkat ke Sekolah.
”Bu.. Bunga berangkat sekolah dulu”. Aku mencium punggung tangan Ibu dan tak lupa mengucapkan salam.
”Hati-hati ya nak. Semoga kamu menjadi anak yang pintar dan soleh”Ibu mendoakanku.

*****

Daun-daun berwarna kehijauan bergelantungan sangat cantik di dahan-dahan pohon Akasia yang tumubh dan berbaris rapi di tengah jalan-jalan raya. Mereka menari-nari mengikuti hembusan angin yang bergerak tak tentu arah. Ada yang terbang awan dan ada pula yang jatuh berguguran. Suasana yang menggambarkan keteduhan, keindahan dan kenyamanan. Mestinya siang hari ini cuaca sangat panas, namun teriknya mentari terbelenggu oleh dekapan awan yang menyelimuti Samarinda kotaku tercinta. Suara bel membahana di seluruh kelas tempat kini aku bersekolah. Kini sudah tiba waktunya untuk pulang.

Anak sekolah berhamburan keluar pagar tak ubahnya gunung meletus yang mengeluarkan magma dan menyebar kesegala penjuru. Mereka terlihat dengan sangat girang, ada yang pulang dengan motor, ada yang pakai mobil dan juga ada yang naik angkot. Sementara aku, aku yang hidup sederhana, pulang hanya dengan berjalan kaki bersama sahabatku Anita. ”Bunga, kamu merasakan hal yang aneh tidak. Coba kau lihat deh pada laki-laki yang memakai jaket biru dan topi itu. Dari tadi orang itu mengikuti kita terus. Ini sudah berlangsung beberapa hari, setiap kita pulang sekolah” Anita merasakan kecurigaan.
”Ah...mungkin itu hanya perasaanmu saja, toh kita sampai sekarang tidak mengalami kejadian buruk apa-apa. Jangan bicara yang tidak-tidak kamu Nit” Jawabku menenengkan sahabatku yang merasa ketakutan.
”Tidak. Bukan begitu. Aku rasa ada yang aneh dengan orang itu. Apa lagi dia laki-laki. Jangan-jangan kita mau diculik lagi dan terus Dia mau memperkosa kita Bunga. Gawat.!!.kita dalam bahaya!!! ”Anita semakin cemas dan takut.
”Eh kalau ngomong jangan sembarangan akukan juga jadi takut nih. Jalanan disinikan sepi” Perkataan Anita membuatku juga jadi takut.
”Sepertinya kita harus lari deh.” Anita memberikan saran.
”Duh...Ya udah, hitungan ke tiga kita lari bareng-bareng. Satu....dua....tiga.....lari” Aku dan Anita lari sangat kencang seperti kuda liar yang terlepas dari kandangnya. Menulusuri gang-gang sempit dan ruko-ruko tua. Akhirnya kami berdua tak melihat lagi laki-laki yang mengikuti kami tadi. kami lalu bergegas pulang ke rumah masing-masing.
”Huhh...capek banget nih, ada-ada aja nih Si Nita lari karena hal yang gak jelas. Untung saja sudah sampai di rumah.” Badanku penuh peluh keringat dan terasa letih. Belum pernah aku berlari sekencang tadi, seperti habis dikejar anjing saja.
”Assamu’alaikum. Bu...Bunga pulang....” Suaraku mengusik penghuni rumah yang tak lain adalah orangtuaku.
”Wa’alaikumsalam. Ada apa toh. Kok kamu ngos-ngosan gitu seperti habis di kejar setan saja.” Ibu bertanya padaku.
”Tadi ada seorang laki-laki mengikuti Bunga dan Anita di jalan. Sebenarnya sih ngga apa-apa, cuman Anita menakuti Bunga. Jadi kami berdua lari deh. Badan Bunga capek nih Bu...Bunga ingin istirahat dulu.”
” Ya. sudah. Tadi Ibu juga sudah menyiapkan makan siang buatmu di meja makan. Ibu masak makanan kesukaanmu Opor Ayam. Kalau kamu lapar makan saja. Ibu mau Istirahat dulu.”
”Wah!! Opor Ayam. Mendengar Ibu masak itu badan Bunga yang tadinya letih jadi semangat mendengar Opor Ayam. Sepertinya Bunga makan dulu lalu kemudian baru istirahat.” Jawabku dengan senang.
“Ya sudah kalau begitu makan saja mumpung masih hangat, Ibu mau istirahat dulu di kamar.” Ibu masuk ke dalam kamarnya.
“Memang masakan Ibu tiada duanya aku aja makan nambah sampai tiga kali. Sepertinya perutku sudah kenyang. Cacing-cacing dalam perutku pasti sudah pada gemuk nih.” Gumamku. “Ahhh” Mulutku menguap selepas makan siang aku mengganti pakaian lalu istirahat di kamar menuju tempat pembaringan.
Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata. ”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.” aku terbangun lagi dari tidur. Tubuhku basah karena berkeringat. ”Sudah dua kali aku mimpi seperti ini. Wanita itu. Dia mengaku sebagai Ibuku. Marlina. Ya...Aku ingat wanita dalam mimpiku itu mengatakan bahwa namanya adalah Marlina. Siapa dia sebenarnya?” Sebenarnya aku ingin bertanya langsung perihal masalah mimpi itu pada ibu. Tapi paling sekali lagi itu hanya mimpi. Mimpi yang mungkin hanya kebetulan.

*****

Minggu. Ini adalah hari dimana seluruh manusia di permukaan bumi menghentikan sejenak rutinitas kesibukannya. Hari beristirahat. Tepatnya hari untuk malas. Tidak terkecuali untuk diriku. Aku harus bekerja membantu Ibu di rumah. Mencuci pakaian, mencuci piring, masak dan juga bersih-bersih rumah. Hari yang sangat melelahkan. Sungguh sangat melelahkan. Hingga aku kembali terlelap dalam mimpi.

Aku melihat setitik cahaya datang menghampiriku, perlahan titik itu menjadi gumpalan cahaya besar yang menyilaukan mata.”Bunga...bunga... kesini.... ayo kemari... jangan takut...!! Kesini sayang. Aku kangen sekali sama kamu. Aku ingin sekali memeluk kamu.” Sesosok wanita cantik berambut panjang memakai pakaian serba putih datang menghampiriku.
”Siapa kamu?” Tanyaku penasaran.
”Aku adalah Ibumu Marlina dan kau adalah anakku Bunga.” Jawab wanita itu.
Perkataannya mengejutkanku.”Bagaimana kau bisa tau namaku, aku tidak mengenal dirimu. Nama Ibuku itu Siti Fatonah, kau pasti bohong. Kau bukan ibuku. Sana pergi jangan ganggu aku.” Aku mengusirnya dengan membentak.
”Tidak..tidak...tidak...kau adalah anakku Bunga. Aku ibumu Marlina. Siti Fatonah itu adalah ibuku. Dia itu adalah nenekmu sayang.” Wanita itu berkata sambil menangis.
Per kataannya kembali membuatku terkejut ”Apa..!! tidak mungkin. kau pasti bercanda. Candaanmu itu tidak lucu. Jelas-jelas Siti Fatonah itu adalah Ibuku. Jangan sembarangan kalau bicara dan jangan pura-pura menangis.”Jawabku dengan kesal.
”Tidak . percayalah padaku. Jika kau tidak percaya. Tanyakan saja hal itu kepada Ibumu itu. Kau adalah anakkku bunga. Kau adalah anakku.”
”Tidak....tidak.....tidakkk......”
”Bunga...bunga...bunga....bunga...”Suara Ibu membangunkan aku. Akupun memeluk Ibu dengan sangat erat.
”Ada apa nak, kamu mimpi apa?” Ibu bertanya padaku.
”Bunga takut.....Bunga takut Bu...” Aku menangis kepada Ibu.
”Ada apa nak, jangan takut disinikan ada Ibu. Kamu mimpi apa memangnya?” Ibu bertanya lagi sambil mengusap air mataku.
”Bunga mimpi Bu...dalam mimpi itu bunga bertemu seorang wanita cantik berpakaian serba putih. Dia memanggil-manggil nama Bunga. Dia mengatakan bahwa dia adalah Ibu Bunga. Bunga bilang tidak dia salah. Ibu Bunga adalah Ibu Siti Fatonah Banga menyebut nama Ibu. Nama wanita itu Marlina Bu. Setiap tidur Bunga selalu mimpi bertemu wanita itu. Bunga memimpikan hal yang sama. Dia mengaku sebagai Ibu Bunga. Bunga takut...Bunga takut...Bu” Aku menceritakan hal yang aku alami sambil menangis.
Mata Ibu tiba-tiba menceleng. wajahnya nampak pucat dan memunculkan kesedihan Aku lihat Ibu mengalirkan air mata. ”Nak, apakah benar kau bermimpi bertemu wanita yang bernama Marlina? Tanya Ibuku.
”Iya Bu. Benar. Namanya Marlina.” Jawabku
”Dia mengatakan bahwa Dia adalah Ibumu?” Ibuku bertanya sambil menangis.
”Iya Bu. Sungguh Bunga takut sekali dengan mimpi itu.”Terangku.
”Ya Allah...Duhai Gusti...Astaugfirullah...Astaugfirullah...apakah ini adalah tanda dari Mu” Air mata Ibu mengalir sangat deras membasahi wajahnya.
”Ada apa Bu, apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Ibu menangis?” Aku meminta penjelasan pada Ibu.
”Sudah saatnya kau mengetahui hal ini Nak, ayo ikut Ibu ke kamar. Ibu akan menujukkan kamu sesuatu.” Ibu membawaku masuk ke dalam kamarnya. Dari dalam Lemari Ibu mengeluarkan sesuatu. Itu dalah photo wanita yang ada dalam mimpiku. ”Ibu akan ceritakan segalanya.” Ibu memegang photo wanita itu sambil mengusap air matanya yang tak berhenti keluar begitu halnya dengan diriku.
”Sebenarnya Aku ini bukanlah Ibumu. Dan Ayahmu bukan meninggal karena kecelakaan pesawat. Sebenarnya Aku adalah Nenekmu dan photo yang ada di bingkai ini adalah Ibumu. Namanya adalah Marlina anakku satu-satunya. Kejadiannya 17 tahun yang lalu. Waktu itu kau belum lahir. Dan waktu itu Ibumu masih bersekolah sama sepertimu. Penderitaan ini sungguh sangat menyakitkanku, Aku memendam aib keluarga ini sudah begitu lama. Waktu itu Aku pergi keluar kota karena suatu urusan. Dan Ibumu tinggal bersama kakekmu di rumah. Setelah kembali pulang dari luar kota semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai 2 bulan kemudian terjadi suatu hal. Ibumu Marlina hamil. Ibumu hamil di luar nikah. Kakekmu sangat marah besar mendengar hal itu. Pada awalnya Ibumu tidak mau bercerita mengenai siapa Ayahmu. Dia berkali-kali menangis meminta maaf padaku. Hingga...” Ibu terus menangis.
”Hingga Apa Bu?” tanyaku.
”Hingga semuanya terkuak. Ada dua orang laki-laki yang datang ke rumah mengaku sebagai Ayahmu namanya adalah Fajri dan Rizal. Dia mengaku sebagai pacar Ibumu dan ingin menikahinya. Mereka berdua bertengkar merasa paling berhak terhadap Ibumu dan dirimu. Ibumu hanya diam terpaku menangis. hingga akhirnya dia bicara bahwa Ayah dari bayinya itu adalah kakekmu. Ayahnya sendiri. Saat itu ketika Aku pergi ke luar kota. Kakekmu pulang dalam keadaan mabuk. Marlina Ibumu membawanya ke kamar dan hal itupun terjadi. Sebenarnya kamu adalah darah daging kakekmu sendiri. Dia tega menghamili putrinya. Dia laki-laki biadab.Tekutuk” Kami berdua menangis sejadinya dan aku mendekap tubuhnya dengan sangat erat. Seorang yang aku anggap ibu ternyata adalah nenekku. Aku begitu sangat hancur dan terpukul. Ayahku ternyata tak lain dan tak bukan adalah kakekku sendiri dan Aku...Aku adalah aib. Aib dari hasil perbuatan bejad kakek kepada Ibu.

SELESAI

Samarinda, 18 Juni 2010.