Minggu, 19 Juni 2011

Cerita-cerita Hikmah

KEADAAN MANUSIA DI HARI KIAMAT
Tahukah anda, bagaimana keadaan manusia di hari akhirat? Abu Hurairah menuturkan, Rasullullah saw. Pernah bersabda, ”Di hari kiamat kelak, manusia dikumpulkan dalam tiga kelompok, yakni kelompok berjalan kaki, kelompok menunggang kuda dan kelompok yang berjalan dengan mukanya. Lalu beliau ditanya, ”Wahai Rasulullah! Bagaimana mereka berjalan diatas mukanya?”. Beliau menjawab, ”Sesungguhnya Dzat yang menjalankan mereka diatas telapak kakinya tentu kuasa menjalankan mereka di atas mukanya dan mereka lolos dari segala rintangan dan gangguan”.(HR. Imam Tirmidzi) Adapun maksud hadist ini adalah kelompok yang berjalan kaki merupakan orang-orang mukmin yang berbuat dosa. Sedang rombongan yang menunggang kuda ialah orang-orang mukmin yang bertaqwa yang tidak pernah merasa ketakutan dan bersusah hati. Sementara golongan yang berjalan di atas mukanya adalah orang-orang kafir.(Lukman.H)

WAKTU-WAKTU YANG DILARANG UNTUK SHALAT
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa shalat sunnah mutlaq itu tidak mempunyai waktu tertentu. Maksudnya, semua waktu boleh dimanfaatkan untuk shalat sunnah mutlaq, kecuali beberapa waktu berikut ini: (1) Sesudah shalat subuh sampai terbit matahari. Dasar hukumnya seperti hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, ”Nabi Muhammad telah melarang shalat sesudah shalat subuh hingga terbit matahari”. (2) Sesudah shalat Ashar sampai terbenamnya matahari. Dalilnya diriwayatkan Bukhari dari Abu Hurairah, ”Rasulullah telah melarang shalat sesudah shalat Ashar”. (3) Tatkala Istiwa (tengah hari) selain hari Jum’at. Abu Hurairah mengatakan, ”Rasulullah telah melarang shalat pada waktu tengah hari tepat, sampai tergelincir matahari kecuali hari jumat”.(H.R. Abu Dawud)

DUA JENIS SENJATA
Ali bin Abi Thalib ra. Berkata: “setan-setan manusia dan jin menyerang nafsu manusia dengan dua senjata, yaitu: (1)Syubhat, untuk mengacaukan pikirannya lalu menyesatkannya (termasuk menanamkan keraguan, memperindah yang buruk, dan lain sebagainya); (2)Syahwat, untuk merusak perilakunya hingga ia terjerumus. Tetapi seorang mukmin yang waspada terhadap kelemahan dirinya, sanggup melawan musuh0musuhnya dengan dua senjata yang lebih ampuh, yakni: (1) Keyakinan yang kokoh untuk menghancurkan syubhat (keragu-raguan) serta (2)kesabaran untuk menghancurkan godaan syahwat.

HARI RAYA YANG SEBENARNYA
Seorang yang saleh ditanya, “Kapan hari raya Anda?” Ia menjawab, ”bagi saya, hari raya adalah hari:
1. Ketika saya tidak bermaksiat kepada Allah swt
2. Ketika datang kemenangan bagi orang-orang yang beriman
3. Ketika saya kembali kepada hidayah dan bimbingan Allah swt dan mem- perbaiki urusan kami
Bagi saya, hari raya bukanlah orang yang berpkaian baru dan mewah, melainkan orang yang mampu mengamamkan diriny dan keluarganya dari siksaan neraka.




MANUSIA TERDIRI DARI TIGA GOLONGAN

Ayyub Ibnu Qoryah berkata, ”Manusia terbagi dalam tiga golongan yakni orang yang berakal, yang dungu dan yang durhaka (perusak)”.
Yang berakal menjadikan agama sebagai syriatny. Sabar dan tenang adalah tabiatnya. Pandangan dan pikiran yang sehat menjadi pedomannya, Orang berakal, apabila ditanya maka akan menjawab dengan baik, Kalau berbicara selalu tepat, Kalau mendengarkan uraian ilmu maka akan ditekuninya. Dan kalau bercerita, ia mengambil dari sumber riwayat. Adapun orang yang dungu, kalau berbicara mengecewakan orang, kalau bercerita menakut-nakuti, dan kalau mengeluarkan mendapat maka pendapatnya tidak berbobot. Sedangkan orang yang durhaka (fajir), apa bila kamu amanati dia maka dia berkhianat. Bila kamu ajak bicara maka ia memburuk-burukkanmu, kalau kamu menolongnya dia tidak memelihara kebaikanmu dan tidak mampu menyimpan rahasiamu. Kalau kamu belajar maka ia tidak mau mengambil pelajaran dan hikmahnya. Kalau berbicara dia tidak mau mengerti, dan kalau dibimbing agama dia tidak mau memahaminya.





BIBIT SUMBER DARI SEGALA SESUATU
Diriwayatkan bahwa kaisar Romawi menulis surat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan yang dibawa oleh seorang utusan. Isi surat tersebut:”Beritahukan kepada saya tentang sesuatu yang tidak ada kiblatnya (pengimanan), tentang yang tidak punya Ayah, tidak punya keluarga (bapak dan ibu) dan orang yang dibawa oleh kuburanya. Juga tentang tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim, tentang sesuatu, tentang setengahnya dan yang tidak terbilang. Kirimlah kepadaku dalam botol suatu bibit (sumber dari segala sesuatu). Muawiyah kemudian mengirimkan surat dan botol tersebut kepada Abdullah bin Abbas pakar dan ulama Fiqih agar menjawab surat itu. Ibnu Abbas menjawabny sebagai berikut: Yang tidak punya kiblat aalah Ka’bah. Yang tidak punya ayah adalah Isa as. Yang tidak punya keluarga (ayah dan ibu) adalah Adam as. Yang dibawa-bawa oleh kuburannya ialah Yunus as yang ditelan oleh ikan hiu. Adapun makhluk yang tidak dicipta dalam rahim adalah domba Nabi Ibrahim as, Unta betina Nabi Saleh as, dan Ular Nabi Musa as.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar